Kenapa yang menjadi Kepala Sekolah banyak yang kurang sesuai, satu missal dia tidak bisa membuat program kerja untuk jangka menengah atau jangka panjang, tidak bisa membuat laporan dan tidak bisa menuntaskan siswa yang bermasalah. Misalnya siswa mutasi atau pindahan dari luar kota, masih banyak Kepala Sekolah yang tidak mengerti tata caranya bagaimana.
Bahkan jadwal pelajaranpun mencontek dari sekolah lain, padahal sudah ada penjelasan dalam buku yang dikeluarkan oleh Mendiknas dan tinggal dikembangkan.
Apakah syarat menjadi Kepala Sekolah hanya dilihat TMTnya saja? Tentu bukan kan….! Akan tetapi kenapa banyak seklai Kepala Sekolah yang memiliki Kridibilitas serta Kreatifitas jauh dari jiwa kepemimpinan. Padahal yang namanya Pemimpin harus bisa memimpin serta memberi contoh yang baik. Paling tidak kreatif dan kreatifitas tersebut dituangkan dalam bentuk nyata bukan hanya samapai ditenggorokan.
Jika ini dibiarkan berlanjut kapan Pendidikan di Indonesia akan maju. Yang menjadi faktor keberhasilan suatu lembaga pendidikan bukan hanya oleh gurunya saja akan tetapi seluruhnya termasuk Kepala sekolahnya, seperti kesebelasan sepakbola mereka tidak bisa bermain sendiri-sendiri kecuali dalam sesi latihan.
Seharusnya para Pengawas Pendidikan lebih jeli dalam mengangkat Kepala Sekolah tidak hanya dilihat dari TMTnya saja akan tetapi dari prestasi, kredibilitas, loyalitas, dan lain sebagainya (anda pasti lebih paham mengenai masalah ini ketimbang saya).
Wajar jika Negara Indonesia saat ini pendidikannya jauh tertinggal oleh Negara tetangga.
Wajar jika di Negara ini banyak tawuran antar pelajar
Wajar pula jika di Negara kita banyak siswa yang minggat dari sekolah
Wajar juga jika banyak siswa yang lebih memeilih nongkrong di mall pada saat jam pelajaran ketimbang dikelas mendengarkan ceramah seorang guru.
Dan lebih wajar lagi apabila ada seorang pendidik lebih asyik shoping di mall belanja keperluan dapur dan keperluan rumah tangga lainnya ketimbang tinggal didalam kelas membari pengarahan kepada muridnya
Hal tersebut diatas bisa jadi karena ada hubungannya dengan Kepala Sekolah yang kurang tegas atau kurang bijaksana dalam memimpin yang akhirnya menimbulkan sebuah pemberontakan internal dan eksternal.
Bahakan bergelar S1 / S2 pun belum tentu cocok menjadi seorang Kepala Sekolah jika Loyalitas dan Kredibilitasnya kurang bahkan tidak sama sekali.