Friday, October 23, 2009
Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah, ia melanjutkan studi di Universitas Kristen Indonesia di Fakultas Kedokteran dan lulus pada tahun 1972. Periode 1983-1986, ia menjabat Ketua Umum BPP HIPMI dan Ketua Umum DPP AMPI (1984-1989). Periode 1990-1995, ia menjabat Sekretaris Jenderal PPK Kosgoro dan Ketua Umum PPK Kosgoro 1957 (sejak tahun 2000).
Periode 1993-1998, ia menjabat Direktur Utama PT Cakrawala Andalas Televisi/anteve dan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Pembangunan VII (1998) dalam pemerintahan Presiden Suharto. Jabatan di kementerian olahraga berlanjut pada periode 1998-1999 meskipun nama kabinet diubah menjadi Kabinet Reformasi Pembangunan. Periode 1999-2004, ia tampil sebagai anggota DPR-RI. Ia kemudian menggantikan jabatan Akbar Tandjung sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat.
Sosok Menko Kesra Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) ke- II yang kalem ini memang tidak asing lagi dalam percaturan politik nasional.
Agung Laksono dalam KIB jilid II itu mewakili Partai Golkar yang berdasarkan hasil Munas PG di Riau beberapa waktu lalu telah memutuskan untuk bergabung dalam koalisi besar pemerintahan Presiden Yudhoyono-Boediono.
Sebelum dipercaya memegang posisi Menko Kesra yang ditinggalkan Aburizal Bakrie, tokoh politik yang cukup berpengaruh di partai berlambang beringin ini telah memimpin lembaga DPR sepanjang periode 2004-2009.
Dia terpilih satu paket (Paket A) dengan empat Wakil Ketua DPR yakni Soetardjo Soerjogoeritno (PDI-P), Muhaimin Iskandar (PKB) dan Zaenal Ma`arif (PBR) yang dicalonkan Koalisi Kebangsaan (Partai Golkar, PDIP, PBR dan PDS).
Paket A ini mengalahkan calon Paket B yakni Endin AJ Soefihara (PPP) bersama EE Mangindaan (Partai Demokrat), Ahmad Farhan Hamid (PAN), dan Ali Masykur Musa (PKB) dicalonkan FPPP, FPD, FPAN, FKB, FPKS dan FBPD DPR RI.
Saat pertama kali memangku jabatan Ketua DPR, Agung telah berhasil membuat gebrakan pertama dengan menyemburkan slogan "DPR Harus Kembali Sebagai Rumah Rakyat".
Kala itu, Agung mengatakan bahwa dirinya hanya berpikir kompleks DPR/MPR yang berisi para wakil rakyat itu, sejatinya harus mudah diakses siapa pun dan rakyat merasa nyaman untuk bertemu dan masuk ke gedung ini.
"Kalau rakyat tidak bisa mengakses, punya jarak dengan wakilnya, bagaimana Senayan bisa disebut sebagai rumah rakyat?," ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) pada tahun 1972 itu.
Selain itu, ayah dari Shelly Kencanasari Laksono, Dave Akbarshah Laksono dan Alia Noorayu Laksono itu juga berupaya meneguhkan praktik "good governance" di lembaga yang dipimpinnya dengan ciri utamanya konsisten menjalankan mekanisme "check and balances".
"Selama mekanisme itu ada, maka saya percaya demokrasi akan berjalan dengan baik. Jangan biarkan suatu lembaga menjadi kuat sendiri. Tidak bisa `parliament heavy` atau `executive heavy` dan harus ada saling kontrol," ujarnya.
Sementara terkait tugas barunya untuk masa lima tahun mendatang, Agung mengakui kerja yang akan dihadapinya tidak ringan. Berdasarkan data Bappenas, sekitar 40 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. Sedangkan jika mengacu pada model perhitungan ala Bank Dunia, orang miskin di Indonesia itu bisa membengkak hingga mencapai 100 juta orang.
"Mereka ini adalah orang-orang yang benar-benar hanya makan sekali," ujarnya prihatin.
Menurut Agung, di Indonesia itu angka pengangguran juga masih tinggi dan hal itu bersinergi dengan bertambahnya angka kemiskinan. Oleh karena itu, solusi untuk membenahi masalah kemiskinan ini harus bersifat komprehensif dan lintas sektoral.
Artinya pula bahwa berbagai upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan rakyat harus bersinergi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pekerjaan rumah itulah yang harus dibenahinya bersama menteri-menteri lainnya di bawah koordinasi Menko Kesra.
Perjalanan Karier
Agung telah melewati jalan panjang untuk menuju posisinya yang sekarang di KIB ke- II sebagai Menko Kesra. Karir politik dan bisnisnya juga terentang dalam waktu yang tidak bisa dianggap sebentar.
Dia menyelesaikan SD pada tahun 1960 dan SMP "Perguruan Cikini" di tahun 1963. Sementara pendidikan tingkat SMA dilaluinya di kota Medan, Sumatra Utara. Seusai menamatkan pendidikan dasar dan menengah, ia melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia dan lulus pada tahun 1972.
Sukses keorganisasian telah diawalinya sejak Agung menjabat sebagai Ketua BPD HIPMI Jaya (1975 - 1977). Kemudian dia juga memimpin sejumlah organisasi, di antaranya DPP Angkatan Muda Jayakarta, Wakil Sekertaris DPD AMPI Tingkat I DKI (1977 - 1979), Ketua Biro Pengarahan Sarana dan Dana DPD Golkar Tingkat I DKI Jakarta (1979 - 1984), Wakil Bendahara PDK I Kosgoro DKI Jakarta (1979 - 1983), Ketua Umum BPP HIPMI (1983-1986) serta Ketua Umum DPP AMPI (1984-1989).
Pada periode 1990-1995, ia menjabat Sekretaris Jenderal PPK Kosgoro, salah satu ormas pendiri Partai Golkar dan selanjutnya sejak tahun 2000 hingga saat ini, ia menjabat Ketua Umum PPK Kosgoro 1957.
Dalam dunia usaha, Agung juga pernah aktif memegang sejumlah jabatan penting antara lain, Wakil Komisaris Utama PT. Spinindo Mitradaya/PT. East Jakarta Industrial Park (EJIP) (1996 - 1998), Pimpinan Umum Majalah Info Bisnis (1994-1998), Direktur Utama PT. Cakrawala Andalas Televisi (AN Teve) (1993 -1998), Komisaris Utama PT. Mapalus Makawanua Charcoal Industry (PMDN) di Bitung, Sulawesi Utara (1987 - 1998).
Sedangakn karier di pemerintahan, pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, pada 23 Maret 1949 itu pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Pembangunan VII (1998) semasa pemerintahan Presiden Soeharto.
Jabatan di kementerian olahraga itu terus berlanjut pada periode 1998-1999 (Kabinet Reformasi Pembangunan 1998-1999) di bawah pemerintahan Presiden BJ Habibie.
Untuk kiprah politik di partainya, sejumlah posisi strategis dalam struktur DPP Partai Golkar yang pernah diembannya adalah sebagai Ketua DPP Partai Golkar Korbid Organisasi, Keanggotaan, dan Kader (OKK) hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar tahun 1998, Wakil Ketua Umum DPP PG hasil Munas 2004 di Bali serta kembali menjabat pada posisi yang sama pasca Munas 2009 di Riau.
Sebelum terpilih menjadi Ketua DPR (2004-2009) menggantikan posisi Akbar Tandjung, suami dari Sylvia Amelia Wenas juga sudah berpengalaman di lembaga legislatif itu.
Dia pernah menjabat Sekretaris FKP MPR-RI (1993-1997), Wakil Ketua FKP MPR-RI (1997-1998), Anggota DPR/MPR tiga periode (1997-1998 dan 1987-1997) dan anggota MPR dari Utusan Daerah Sulawesi Tenggara (1999-2004). (L.D011*U002)/B/A011)
2 komentar:
Men's Silver Wedding Rings
Since ancient pandora jewellery times, jewelry cheap pandora has played an important cheap pandora uk role in romantic relationships, and pandora discount uk the wedding band has played pandora uk an integral part in pandora charm symbolizing the discount pandora charms permanence and sincerity of marriage. For a while there, men could only find a wedding ring in various grades of gold; but today there are several other options including platinum, sterling silver, titanium, and tungsten. There are certain guidelines that your jeweler needs to follow when placing a gemstone together with a solitaire ring.The diamond ring should have pandora silver charms 4 to 6 prongs to be able to hold the gemstones together. Remember that a bezel setting is better than a prong setting because it is a more secure and is less likely to be damaged. Also, a heavier setting is much safer than a lower and lighter setting in jewelry, because heavier engagement rings and diamond bands them to being more durable than lighter ones.The last charm bracelet pandora thing to consider when buying solitaire rings is making sure the ring looks good on you.However, silver wedding rings are more popular than ever. They come in several pandora sale charms different styles and patterns, are affordably priced, and made from .925 grade silver. This high quality silver is 92.5% pure silver with about 7.5% copper. Silver rings can be designed with a classic domed profile, with a brushed or polished face, with raised or beveled edges and much, much more. Why buy silver wedding rings?
People waste a Moncler tremendous amount of time and money on poinytless Web Moncler
Boutique sties. The reality is that a Web site shuold be treated like any other business or marketing expenditure. Moncler pas cher As with any other
avdertising medimu, moncler prix you should set goals for your Web site. For example, spupose you sell dog treats. Moncler Soldes You spend a bunch of money printing a brochuree that explians why your dog treats are healthier or tastier than the ones at the grocery store. moncler paris The goal for that brochure is to give people information on all the faabulous benefits of your speciial dog traets. In much the same way, your moncler polo Web site might explpain why your dog treats are great. In fact, it might be nothing more than an "online brochuer" with a lot of the same inforamtion as the
paper one. moncler veste That's a reasonable goal for a new site. Sincce lots of peopole surfing around onlne have dogs, later on you may decide that you
want to expand your horizons outside Moncler Doudoune of your local area and use the Internet to sell your marvelous dog treats online.
Post a Comment
Tinggalkan Pesan Anda